Postingan

Menampilkan postingan dengan label Ekonomi

Pasar keuangan AS dan Asia Kembali Bergojalak menyebabkan Harga-harga Emas yang Beraneka Ragam

Gambar
Warta Portal . Pada pembukaan hari terakhir perdagangan pekan ini, harga emas internasional bervariasi. Pasar keuangan di Amerika Serikat dan Asia, kembali bergejolak dan membuat investor beralih ke produk  save haven.  Dilansir dari  CNBC,  Jumat 26 Oktober 2018, harga emas di pasar spot internasional dibanderol US$1.231,1 per ons. Emas bergerak datar, setelah pada Selasa lalu, tembus level tertingginya sejak 17 Juli, seharga US$1.239,6 per ons. Sementara itu, emas berjangka AS, naik 0,1 persen menjadi US$1.233 per ons. Sepekan ini, emas internasional telah naik 0,4 persen. Pada Jumat 26 Oktober 2018, bursa saham Asia terombang ambing berjuang untuk melepaskan diri dari kekalahan di pasar global di hari sebelumnya. Pelemahan pasar keuangan global sendiri, terjadi setelah melemahnya saham raksasa teknologi dunia Alphabet Inc dan Amazon.com. Hal tersebut mengindikasikan, meningkatnya kekhawatiran global atas perdagangan, serta pertumbuhan ekonomi d...

Suku bunga acuan 5.75 Persen BI harus Mempertahankan

Gambar
Lensa indo . Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada Oktober 2018 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate atau suku bunga acuan BI di level 5,75 persen. Demikian juga untuk suku bunga deposit facility tetap sebesar 5,0 persen dan lending facility yang tetap sebesar 6,5 persen. Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara, mengatakan, keputusan tersebut konsisten dengan upaya untuk menurunkan defisit transaksi berjalan ke dalam batas yang aman dan mempertahankan daya tarik pasar keuangan domestik. “Sehingga dapat semakin memperkuat ketahanan eksternal Indonesia di tengah ketidakpastian global yang tinggi,” ucap Mirza dalam konferensi pers di kantor BI, Jakarta, Selasa 23 Oktober 2018. Mirza menambahkan, selain itu, BI akan terus menempuh strategi operasi moneter untuk menjaga kecukupan likuiditas, baik di pasar rupiah maupun valas yang secara efektif memberlakukan transaksi domestik non delivery forward yang telah dimul...

BI memperkirakan Akan Kembali Naik Dengan Jumlah Acuan jadi 5,75 Persen

Gambar
Lensa indo . Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, Bank Indonesia (BI) memiliki ruang untuk menaikkan suku bunga acuan. Dia memprediksi BI 7-Day Repo Rate bisa bertengger di 5,75 persen hingga akhir tahun. ”Namun, harus melihat juga seberapa jauh The Fed menaikkan FFR. Prediksi 5,75 persen itu sudah cukup untuk meredam (gejolak) transaksi berjalan,” kata Josua. Sejauh ini BI telah menaikkan suku bunga acuan 125 basis poin (bps) dari 4,25 persen menjadi 5,50 persen. Namun, BI diprediksi menaikkan suku bunga acuan setelah The Fed menggelar rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pada 25–26 September. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) juga melihat bahwa masih ada ruang bagi BI untuk menaikkan suku bunga acuan bulan ini. Direktur Group Surveilans dan Stabilitas Sistem Keuangan LPS Doddy Ariefianto mengungkapkan, keputusan BI menaikkan suku bunga menjadi 5,50 persen dinilai konsisten dengan upaya untuk mempertahankan daya tarik pasar keuangan domestik dan meng...

Rupiah diperkirakan akan Melemah Lagi

Gambar
Monitor kini . Kondisi Rupiah pada hari ini telah kembali melemah. Belum adanya kejelasan upaya mengurangi gejolak ekonomi dan politik di Italia memberikan imbas negatif pada eoro yang dapat berimbas pada kembali melemahnya laju rupiah. “Diharapkan pelemahan dapat lebih terbatas untuk mengurangi potensi pelemahan lebih lanjut. Namun tetap mencermati dan mewaspadai berbagai sentimen yang dapat membuat rupiah kembali melemah,” ujar Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada di Jakarta, Rabu (3/10/2018). Menurut Reza, rupiah diperkirakan akan bergerak kisaran Rp14.100-Rp15.029/USD. Sementara itu dengan adanya imbas kenaikan USD seiring dengan pelemahan euro pasca kondisi ekonomi dan politik yang kembali bergejolak membuat laju rupiah terpaksa tidak mampu melanjutkan kenaikannya. “Bahkan pelemahan rupiah kali ini dinilai sejak tahun 1998 dan memimpin pelemahan dibandingkan dengan sejumlah mata uang negara-negara berkembang lainnya,” pungkasnya.